Kamis, 15 November 2012

Ibnu Sina Sang Bapak Kedokteran Islam bagian 2

Ibnu Sina lahir dari sebuah keluarga dari Persia. Ibunya bernama Setareh sedangkan ayahnya bernama Abdullah, seorang terpelajar dari Balkh yang merupakan sebuah kota di Kerajaan Samanid yang pada zaman sekarang terletak di negara Afganistan.

Sejak kecil, ayah dari Ibnu Sina mendidiknya di Bukhara. Selain itu, Ibnu Sina sudah menunjukkan tanda-tanda kejeniusannya. Pada usia 14 tahun, Ia sudah bisa melampaui ilmu yang diberikan gurunya. Pada usia 18 tahun, Ia belajar segalanya. Ibnu Sina tercatat sudah dapat menghafal alquran pada usia 10 tahun. Kemudian ia mulai belajar aritmatika dari seorang pedagang India. Ibnu Sina juga mempelajari fiqih dari Ismal al-Zahid.
Saat memasuki masa remaja, Ibnu Sina mulai mempelajari metafisika Aristoteles namun ia belum dapat mengerti sepenuhnya sampai akhirnya ia membaca hasil pekerjaan dari Al Farabi. Pada tahun-tahun selanjutnya, ia mulai mempelajari filsafat yang terkadang sering mendapatkan hambatan dalam pembelajarannya. Saat ia mendapat hambatan, ia segera mengambil wudhu dan melakukan sholat sunnah di masjid sampai akhirnya ia dapat memecahkan masalah. Ketika malam tiba, Ibnu Sina melanjutkan belajarnya bahkan saat ia tidur dan bermimpi akan masalah-masalah yang dihadapi.
Ibnu Sina mulai mempelajari bidang kedokteran saat berusia 16 tahun. Ia bukan hanya mempelajari teori lama tentang kedokteran saja tetapi juga menciptakan pengembangan baru dalam bidang kedokteran. Ia mengaku lebih mudah mempelajari kedokteran daripada metafisika dan matematika. Pada akhirnya, Ibnu Sina dapat menjadi dokter yang hebat dan berjiwa sosial yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan bahwa dalam prakteknya ia tidak meminta bayaran.

Tidak ada komentar: