“Perumpamaan
orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang-orang namun melalaikan dirinya
sendiri bagaikan sudut lampu yang menerangi manusia dan membakar dirinya
sendiri”
Mengajarkan
kebaikan, mendakwahkan kebenaran dan memerintahkan orang lain menjalankan dienul
Islam adalah perbuatan yang sangat
mulia. Allah SWT dan Rasulullah
sangat senang terhadap orang yang berkemauan serta memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Tetapi perbuatan mulia tersebut menjadi kurang
bernilai bahkan menjadi cacat jika yang
bersangkutan melupakan diri mereka sendiri.
Betapa
banyak orang tua yang mengajari anaknya untuk berbuat jujur, tetapi dalam waktu
yang hampir bersamaan mereka justru berbohong dan menipu orang lain. Betapa banyak
orangtua yang melarang anak-anaknya untuk merokok, tetapi justru mereka sendiri
yang melakukannya.
Betapa
banyak para guru yang dengan mudahnya mengajari anak didiknya untuk bersikap
jujur dan ksatria, tetapi justru mereka yang memberi contoh menyontek pada saat
Ujian Nasional.
Betapa
banyak para da’i yang mengajarkan kepada para jamaah untuk menjaga ukhuwah dan
menjalin silaturahmi, tapi justru pada diri mereka kita dapati sikap bermusuhan
antar sesama dai, saling menghina, saling merendahkan. Betapa banyak para
aktivis dakwah yang dengan semangatnya mengajarkan kebaikan kepada calon kader
tapi di kehidupan real mereka tidak memberikan teladan sesuai apa
yang dikatakannya.
Betapa
banyak para pemimpin kita yang mengajari sikap jujur, tapi dalam banyak hal
mereka justru diam-diam atau bahkan terang-terangan melakukan korupsi.
Astaghfirullahaladzim……
Wahai para orangtua, para guru, dan aktivis
dakwah, juga para pemimpin, marilah kita dengar seruan Allah SWT berikut ini:
“Mengapa kamu perintahkan orang lain (mengerjakan) kebaikan,
sedang kamu melupakan diri(kewajiban)mu sendiri padahal kamu membaca
Al-Kitab(Taurat)? Tidakkah kamu berpikir?”(Al-Baqarah 2:44)
Lalu apakah dengan peringatan
diatas kita tidak perlu berbuat apa-apa ketika lingkungan dan masyarakat kita, termasuk
keluarga kita melakukan perbuatan menyimpang? Apakah dengan ayat diatas kita
akan diam saja dan membiarkan orang lain tenggelam dalam ketidaktahuaannya pada
agama?
Islam sangat menghargai orang yang
penuh semangat dalam memberi sinar dan penerangan kepada orang lain, tapi
alangkah ruginya jika sekadar menjadi jelaga yang mencoreng mukanya sendiri.
Ar-Raf’i berkata,” Sesungguhnya kesalahan terbesar adalah mengatur orang
sekitarmu dan melalaikan kekacauan yang ada di dalam hatimu.” (Wahyul Qalam)
Semestinya, orang yang ingin
melakukan perbaikan pada masyarakatnya terlebih dahulu memperbaiki dirinya
sendiri. Sebelum mengajak orang lain
bersegera menjalankan sholat berjama’ah, dia sendiri telah mengambil
shaf terdepan. Sebelum mengajak orang lain bersedekah, dia paling awal dalam
bersedekah.Sebelum mengajak orang lain menjauhi zina, dia yang ada di garda
terdepan dalam menguatkan keimanan saudaranya untuk tetap menjalankan
syariatNya.
“Wahai orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan?(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan”(As-Shaf 61: 2-3)
Semoga Allah SWT melindungi kita dari perbuatan dan sikap tercela ini. Semoga kita senantiasa istiqomah yang berarti satunya kata dengan perbuatan. Amiin.
Sumber: Ustadz. Abdurrahman Muhammad|Majalah Hidayatullah edisi September 2013(dengan sedikit perubahan).
By : Afifah Sholiha|201310330311144|magang dept.Syiar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar