Kamis, 13 November 2014

Qailulah dan Bangun Sebelum Fajar




“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran) Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebahagian dari karunia Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengar "[Qs. Ar-rum: 23]

Qailulah
Dalam ayat diatas terdapat dua waktu untuk tidur yang disebutkan, yaitu malam dan siang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidur siang hari juga tidak kalah pentingnya dengan tidur pada malam hari. Ada apa sebenarnya dengan tidur siang hari?
Tidur sejenak di waktu Siang (Qailulah) adalah satu hal yang dilakukan dan dianjaurkan Rasulullah untuk umatnya. Qailulah merupakan bentuk istirahat bagi tubuh yang sangat bermanfaat. Selain menjamin kecukupan istirahat bagi tubuh, tidur sejenak di waktu siang juga dapat membuat tidur lebih nyenyak di waktu malam.

Tidur siang bisa langsung meningkatkan kewaspadaan selepas jam tidur, atau beberapa saat kemudian di hari lain. Tidur siang selama 20-40 menit dapat membantu meningkatkan mood, kewaspadaan dan performansi. Hal ini dibuktikan oleh para peneliti NASA yang menyarankan pilot pesawat militer dan astronotnya tidur siang selama 40 menit. Hasilnya performa awak meningkat jadi 34 persen, sementara kewaspadaan menjadi 100 persen. Tidur siang juga memiliki efek positif pada psikologi, yaitu memberi rasa relaks untuk menyegarkan pikiran. Pada buku “Sleeps and Alertness : Chronological, Behavioral and medical Aspect of Napping ” karangan David F Dinges and Roger J Broughton menyatakan bahwa jika seseorang secara rutin tidur 30 menit pada waktu siang hari maka mempunyai resiko mengidap sakit jantung 30% lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukannya.

Dengan melaksanakan Qailulah, akan memudahkan kita untuk bangun malam, ber-qiamulail, dan bangun sebelum fajar pada keesokan harinya. Namun jika karena aktifitas kita yang padat maka tidak sempat melakukan Qailulah, maka dengan beristirahat saja sudah cukup menurut pendapat beberapa ulama. 

Kebiasaan Tidur Rasulullah SAW
Lalu bagaimana dengan kebiasaan tidur Rasulullah? Rasulullah terbiasa tidur miring ke kanan dengan kedua betis sedikit dilipat, tangan kanannya berada di bawah pipi, serta wajahnya menghadap Ka’bah. Posisi tidur seperti ini seuai dengan posisi janin. Posisi tidur seperti inilah yang biasa dipraktikkan oleh seseorang yang berada dalam kondisi jiwa yang stabil. Anatomi paru- paru kiri yang lebih kecil membuat jantung lebih sedikit menahan beban ketika tidur miring ke kanan. Berbagia percobaan yang telah dilakukan olehh Galteh dan Butseh menunjukkan bawhwa berpindahnya makanan dari lambung ke usus dapat dilakukan dakam waktu 2,5—4,5 jam jika seseorang tidur dengan posisi miring ke kanan. Jangka waktu ini tidak dapat dicapai oleh seseorang yang tidur dengan posisi miring ke kiri karena waktu yang dibutuhkan adalah 5—7 jam.
Terdapat sebuah hadist sahis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia mengatakan bahwa pada suatu ketika Rasulullah SAW melihat seseorang tidur dengan posisi telungkup. Beliau bersabda, “Sesungguhnya, ini adalah tidur yang dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya”.
Saat Seseorang tidur telungkup, seperti yang dikatakan oleh dr. Zhafir al-Athar, ia akan merasakan sesak napas selama beberapa saat sebab besarnya beban punggung menghalangi otot dada untuk berkontraks-relaksasi saat mengisap dan mengeluarkan napas. Posisi ini juga mengakibatkan tulang tengkuk dan tulang leher tertekuk. Seorang peneliti dari Australia mengemukakan bahwa intensitas kematian mendadak pada anak mencapai tiga kali lipat lebih banyak saat mereka tidur telungkup dibandingkan tidur dengan posisi miring ke salah satu sisi. Majalah Times juga memuat hasil penelitian yang sama, intesitas kematian mendadak yang dialami oleh anak-anak yang tidur telungkup pun semakin meningkat.


Bangun Sebelum Fajar

Allah SWT berfirman, “…dan (laksanakan pula solat) subuh. Sungguh, solat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)” QS al-Isra’:78.

Al Quran menganjurkan pada setiap muslim untuk tidur lebih awal dan bangun sejak fajar. Di dalam sebuah hadist sahih Rasulullah SAW bersabda, “Umatku ini diberkati ketika bangun pagi-pagi”. (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausat). Di dalam riwayat lain beliau bersabda, “Dua rakaat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR. Muslim). Manfaat yang diperoleh seeorang jika membiasakan diri bangun pagi adalah saat pagi kadar gas ozon dalam udara pagi mencapai titik yang paling tinggi. Kadar ini berkurang secara berangsur-angsur hingga hilang sama sekali begitu matahari terbit. Gas ini dapat lebih mengaktifkan kerja otak dan otot tubuh. Karena itu, seseorang akan mencapai puncak keaktifan pikiran di waktu pagi. Saat menghirup udara pagi, seseorang akan merasakan kenikmatan dan kegembiraan yang tidak bisa dibandingkan dengan waktu siang maupun malam.
               
Dalam memotivasi kaum muslimin untuk bangun sebelum fajar dan mengerjakan qiyamullail, Allah SWT berfirman,
“Sungguh, bangun malam itu lebh kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.” (QS Al-Muzammil : 6)

Begitulah salah satu cara Allah mencintai kita. Dia memberikan petunjuk sesuai fitrah manusia. Oleh karena itu, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meneladani gaya hidup Rasulullah, insya Allah, seorang muslim mampu menjadi manusia yang unggul dan bermanfaat bagi sesamanya.

Wallahua’lam bishawab

Senin, 03 November 2014

Menjadi Generasi Muda yang Bermakna



Sebagai seorang muslim utamanya muslim generasi muda, kalimat bercita-cita dan berkarya menjadi begitu bermakna. Setiap orangpun pasti juga mempunyai cita-cita untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, kemudian tekad yang kuat untuk berkarya membangun negeri menjadi lebih baik, dewasa ini generasi muda menjadi sosok yang begitu disoroti terkait peranannya dalam memajukan suatu bangsa dan negara.  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu,

"Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya". (HR. At-Tirmizi).

 Kemudian hadist kedua Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ 

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu."

Berdasarkan dua buah hadist di atas, masa muda menjadi masa yang begitu penting dan tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus, karena jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Hal ini dikarenakan Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.
Pada zaman Rasullullah SAW para sahabat yang masih muda -radhiallahu ‘anhum- memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Di antara mereka ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- berbagai macam ilmu yang bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikannya kepada ummat sebagai  warisan dari Nabi mereka.
Di sisi lain ada Khalid ibnul Walid, Al-Mutsanna bin Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seluruhnya mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal sampai hari ini dan akan terus menerus ada -dengan izin Allah- sepanjang Islam ini masih ada.
Para pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang berkaitan dengan ummat ini. Dan bagi mereka kabar gembira dari Nabi mereka -Shollallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”
            Beranilah bercita-cita setinggi mungkin kemudian bulatkan tekad untuk mewujudkannya. Bercita-citalah untuk kemaslahatan umat dan menjadi pemuda muslim yang kreatif dan inovatif. :)