Kamis, 06 Mei 2010

Eh, Primbon Itu Warisan Jahiliyah, Lho!

Buletin Gaul Islam
07 Oktober 2008 - 08:31
gaulislam edisi 050/tahun I (6 Syawal 1429 H/6 Oktober 2008)

Kamu yang doyan melototin layar kaca, kayaknya pernah deh nemuin iklan kayak gini: “Kamu kan lahirnya Selasa Kliwon. Tak cocok kerja di air. Harusnya berdagang.” Terus nyaranin penonton untuk kirim SMS ke nomor tertentu.

Bro, memang lucu juga ya? Menentukan nasib lewat primbon. Sangat boleh jadi orang yang dalam adegan di iklan sebagai pekerja yang hubungannya dengan air itu justru sukses di tempat yang menurut primbon tidak cocok dengan tanggal lahirnya. Bisa aja pernyataannya jadi begini: “Kamu ini lahirnya Selasa Kliwon. Nggak cocok kerja yang berhubungan dengan air, kecuali jadi direktur PDAM…” Hehehe…

Ngomongin soal primbon memang lucu abis sekaligus nggak abis pikir. Waktu saya SD juga ada tuh buku tentang primbon, tafsir mimpi di rumah orang tua saya. Tapi sejak kecil saya selalu nggak percaya karena banyak yang bertolak-belakang dengan kenyataan dan suka mengada-ngada. Ngarang, gitu lho.

Misalnya, ada orang yang diramal nasibnya berdasarkan tanggal kelahiran. Ada juga yang diramal rejekinya dengan indikator banyaknya bersin di jam tertentu, ada juga ukuran untuk menentukan jodoh dari tahi lalat dan seabreg tanda lainnya yang aneh-aneh banget yang dihubungkan dengan kepribadian atau nasib seseorang.

Jangan percaya primbon
Untuk memenuhi rasa penasaran manusia dalam hal yang supranatural dan serba ganjil, sering juga diciptakan mitos yang berkaitan dengan kejadian sehari-hari yang dialami dan ada di sekitar manusia itu sendiri. Lalu dihubung-hubungkan dengan kehidupan yang telah, sedang, atau akan dijalani oleh manusia itu sendiri. Intinya, segala sesuatu yang aneh atau dianggap aneh akan dihubungkan dengan nasib manusia di masa depan.

Meski sering tak masuk akal, banyak di antara kita yang tetep aja percaya atau mungkin ada yang setengah percaya terhadap ramalan tersebut. Maka, jangan heran jika para dukun, tukang ramal, tukang tenung tumbuh subur sesuai kaidah supply and demand. Jika permintaan tinggi maka penawaran juga tinggi, gitu lho. Kalo animo masyarakat kita yang percaya pada ramalan tinggi, maka tukang ramal dan dukun juga banyak. Malah ada yang mungkin saja pura-pura jadi dukun atau tukang ramal.

Itu sebabnya, di masyarakat kita berkembang juga mitos tentang ramalan nasib yang dihubungkan dengan kejadian di sekitarnya atau ada yang memvonis nasib seseorang dari tanda-tanda di tubuh, berdasarkan mimpi, bentuk wajah, garis tangan dan lain sebagainya. Maka, untuk menguatkan argumentasi asal-asalannya dibuat dalam bentuk buku. Sekadar tahu aja, di masyarakat Jawa misalnya, ada kitab yang sangat boleh jadi lebih sering dibaca ketimbang al-Quran, yakni kitab Primbon.

Misalnya aja nih, karakter orang bisa dilihat dari bibir (www.primbon.com pada pembahasan tentang tanda di tubuh). Bila bentuk bibirnya agak lebar, memiliki kepribadian pandai mengatur uang, sabar, dan agak berani. Bila bentuk bibirnya agak kecil, memiliki kepribadian suka berterus terang, berhati kecil dan sering menganggap dirinya tidak bahagia. Bila bentuk bibirnya agak besar dan terbuka (menganga), memiliki kepribadian suka mementingkan diri sendiri namun rela berkorban untuk orang yang disukai. Bila bentuk bibirnya agak tipis, memiliki kepribadian cepat terpengaruh, tidak mempunyai prinsip. Bila bentuk bibirnya agak dower, memiliki kepribadian selalu mementingkan diri sendiri, tidak mau mengalah. Bila bentuk bibirnya agak kecil dan agak sempit, memiliki kepribadian selalu bimbang dan tidak bisa mengambil keputusan dengan baik.

Apakah benar semua itu? Jawabannya bohong. Kalo pun kemudian ada yang mirip-mirip dengan apa yang ditulis dalam primbon tersebut, itu hanya faktor kebetulan. Karena apa? Sangat boleh jadi orang yang digambarkan dengan memiliki bibir dower justru kepribadiannya malah tidak mementingkan diri sendiri dan mau mengalah (bertolak belakang dengan penetapan yang asal-asalan itu). Iya kan?

Wadooohh.. lagian kalo kepribadian udah di-default kayak gitu di kitab primbon, jadinya nggak bisa ngerubah karakter dong ya? Buat apa ada sekolah kepribadian atau bermunculan trainer motivasi dan juga para ustad untuk memberikan pencerahan dalam kehidupan kalo dari bentuk fisik aja udah ‘divonis’ begini dan begitu dalam menentukan karakter seseorang. Iya nggak sih? Aneh-aneh aja deh ah.

BTW, ada yang lebih konyol tapi lucu di primbon juga dibahas nasib seseorang melalui bersin. Sekadar contoh aja ya. Bersin antara jam 01-02 pagi hari bermakna akan ada kabar yang kurang mengenakkan jiwa dan hati anda yang datangnya dari luar daerah. Bersin antara jam 02-03 pagi hari bermakna akan ada undangan yang datang kepada anda untuk dapat menghadiri suatu perayaan. Bersin antara jam 03-04 pagi hari bermakna akan ada teguran dari pimpinan untuk anda. Bersin antara jam 04-05 pagi hari bermakna akan ada penyambutan dari anda untuk tamu yang datang dari jauh. Bersin antara jam 05-06 pagi hari bermakna akan ada rasa yang sangat menggambarkan kenikmatan dan kebahagiaan kepada anda.

Hmm.. ini satu contoh prediksi tentang nasib yang asal-asalan bin ngawur. Gimana kalo kita sedang flu? Bila seharian kita sering bersin, berarti gimana dong nentuin nasib kitanya? Kayaknya yang bikin primbon juga bingung sendiri deh tuh.

Jangankan bersin, soal mimpi aja dibahas kok dalam primbon atau kepercayaan yang berkembang di masyarakat saat ini. Misalnya aja kalo kita mimpi menjadi orang kaya, ternyata tafsirnya adalah kebalikannya, yakni kita akan tidak berhasil dalam jangka waktu yang lama. Duilee.. kejam amat ya? Gimana jadinya kalo kita sering mimpi jadi kaya? Berarti selama hidup kita nggak berhasil terus dong? Asal deh!

Ada yang cukup menggelikan yang ditulis dalam website primbon, kalo kita mimpi sedang berolahraga bermakna akan ada kemajuan dalam soal perjuangan (usaha yang anda harapkan akan tergapai). Hehehe.. perlu juga kita bertanya kepada orang-orang yang berhasil dalam hidupnya, pernah nggak tuh mimpi berolahraga? Tapi yang jelas dan pasti, Frank Lampard Cs di klub sepakbola Chelsea terus mengolah tubuhnya dan tekniknya bermain bola bukan di alam mimpi, tapi di dunia nyata supaya bisa berhasil menjadi klub yang kini cukup disegani di Liga Inggris itu. Iya kan?

Bukan warisan Islam
Benar banget. Kitab primbon itu bukan warisan dari ajaran Islam. Bahkan sebaliknya, itu adalah warisan budaya jaman jahiliyah alias jaman kebodohan dan kegelapan.

Bro, kalo kita percaya dengan semua yang diajarkan dalam primbon, ati-ati karena itu bisa menjerumuskan diri kita kepada hal syirik (menyekutukan Allah Swt. alias menduakan). Allah menjelaskan bahwa perbuatan syirik itu adalah dosa besar sebagaimana firmanNya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS Luqman [31]: 13)

Jadi, syirik adalah kezaliman yang paling zalim dan tauhid adalah keadilan yang paling adil. Hal-hal yang bertentangan dengan tauhid adalah dosa paling besar. Dan apa yang paling sesuai dengan prinsip tauhid adalah kewajiban yang paling wajib dan ketaatan yang paling diutamakan. Kesyirikan adalah hal yang paling bertentangan dengan tauhid, maka kesyirikan mutlak merupakan dosa yang paling besar (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Penawar Hati Yang Sakit, hlm. 153)

Bro and Sis, kalo sikap kita kepada ramalan primbon seperti itu juga, berarti kita pun nggak ada bedanya dengan orang-orang yang telah lebih dulu percaya sama dukun alias tukang ramal. Pokoknya nggak usah melibatkan dirimu dalam kancah ramal-meramal; kamu nggak boleh percaya bualan mereka yang membuat ramalan di primbon atau malah mendatangi dukun secara langsung. Hih, amit-amit deh.

Terus terang, bahwa manusia—siapa pun ia—nggak tahu dan nggak bakal dikasih tahu sama Allah tentang masa depan kehidupan dunianya; rizki, bahagia, sengsara, jodoh, usaha, dan juga kematian. Nggak ada yang tahu kecuali Allah. Kenapa? Karena masalah ini termasuk ke dalam ‘wilayah’ ghaib. Firman Allah Swt.:

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS al-An’am [6]: 59)

Dalam ayat lain diterangkan bahwa Allah tidak akan memberi semacam ‘bocoran’ kepada manusia tentang masa depan kehidupannya, kecuali hanya kepada Rasul yang diridhoiNya. Firman Allah Swt.:

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhaiNya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya." (QS al-Jin [72]: 26-27)

Imam al-Qurthubi menyebutkan—ketika menafsirkan ayat tersebut—bahwa ramalan bintang (termasuk dalam hal ini ramalan di primbon, red.) tak ada faedahnya sama sekali, dan tidak menunjukkan celaka atau bahagia (seseorang). Ramalan tersebut tiada lain adalah penentangan terhadap al-Quran yang agung. Sikap penentangan terhadap al-Quran ini berarti telah menghalalkan darah orang yang melakukan ramalan perbintangan itu.

Tanggung jawab bersama
Betul. Kita berharap banyak ada orang atau pihak yang bisa membela dan menyuarakan Islam dengan benar. Aksinya amat diperlukan dalam kondisi saat ini, lho. Bener. Di tengah gelombang arus informasi yang kian cepat ini, bukan mustahil kalo kita bakalan kebawa arusnya yang deras. Sementara, kita kudu mengakui, nggak semuanya informasi itu membawa berkah. Sebaliknya, justru malah membawa malapetaka. Contohnya soal ramalan zodiak, primbon dan sihir. Bagaimana pun, ide rusak yang dikemas dalam bentuk yang sangat menghibur, bahkan interaktif karena muncul di media massa canggih seperti televisi dan internet, maka bila tak ada langkah pencegahan, jangan salahkan mereka aja bila akhirnya kaum Muslimin jadi berantakan pemikirannya. Sebab, ada yang salah juga dari kita. Yakni, diem aja atau bahkan larut dalam gaya hidup yang diajarkan mereka (musuh-musuh Islam).

Kita, remaja Islam sebenarnya sangat berharap akan ada media Islam yang mampu bersaing dengan media-media lain. Apakah majalah atau tabloid, juga novel, pokoknya bisa tampil memikat, gaul, ngertiin gaya remaja dan tentu saja menampilkan wajah Islam yang ramah. Jangan malah media yang ada menjadi alat propaganda tahayul, tathayyur, sihir, primbon, ramalan bintang dan sejenisnya. Menyedihkan banget.

Lagipula, untuk urusan dakwah bukankah keikhlasan dan keseriusan menjadi prioritas. Sekarang pilih mana; membiarkan terus remaja dan anak-anak kita tenggelam dalam bacaan dan tontonan yang ‘menyesatkan’ atau memberikan bacaan dan tayangan alternatif yang ‘mencerahkan’? Kita pasti tahu jawabannya. Itu sebabnya, ini tugas bersama untuk mengatasi problem ini. Terutama pemerintah yang harus segera memberlakukan aturan dan sanksi bagi para penyebar propaganda kekufuran dan penyebar kesyirikan di tengah-tengah masyarakat.

Namun, kita juga masih sangsi alias ragu kalo pemerintah mau memberlakukan aturan dan sanksi yang tegas. Maklum, pemerintah masih bermesraan dengan kapitalisme-sekularisme yang memang telah memberikan jalan bagi para pemuja kebebasan. Itu sebabnya, hanya dengan Islam yang diterapkan sebagai ideologi negara, berbagai problem kehidupan umat ini bisa diselesaikan. Lagian, di Indonesia kan mayoritas penduduknya Muslim, sekitar 80-an persen. Wajar dong kalo diterapkan syariat Islam. Betul nggak?

Nah, bila kita berkaca kepada ajaran Islam, rasanya kita akan berpikir beribu kali sebelum melibatkan emosi kita dalam dunia klenik (perdukunan alias sihir) juga ramal-meramal semacam primbon dan zoidak tersebut. Kehidupan yang serba tak menentu bagi sebagian masyarakat kita, tidak lantas kemudian jatuh ke dalam pelukan para pembual alias para tukang sihir dan peramal yang mencoba menggoda dengan menawarkan jasanya. Yakinlah, bahwa Allah akan menjamin kehidupan setiap hambaNya selama hamba tersebut percaya bahwa hanya Allah Ta'ala lah yang wajib disembah dan dimintai pertolongan. Kita tak perlu mencoba meramal nasib, atau dengan alasan menjaga diri kemudian kita terjebak dalam dunia klenik tersebut.
Kehidupan sekarang boleh berubah, meski dengan perubahan yang menyebabkan sebagian dari kita bangkrut dalam kehidupan ini. Namun tak berarti bahwa kemudian merasa sah-sah saja ketika harus melibatkan diri dalam dunia klenik alias perdukunan, atau percaya kitab primbon, ramalan bintang, dan mendatangi para tukang ramal nasib. Jangan sampe deh.

Nah, daripada kita terbuai oleh ramalan bintang dan ramalan sejenisnya yang emang cuma bualan dan bikin akidah Islam kita cacat, mendingan energi kita disalurkan buat belajar tentang Islam. Islam sebagai akidah dan syariat. Itu berarti, selain kita telah melaksanakan salah satu kewajiban--yakni mencari ilmu--kita juga bisa lebih pandai dari orang yang nggak belajar. Walhasil, kita bakal tahu, mana yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang untuk dilakukan.

Kita berharap juga kepada pemerintah supaya serius untuk menghentikan program pengrusakan akidah secara massal lewat media massa ini. Dan secara teknis kini kita kudu mulai ninggalin kebiasaan percaya sama ramalan zodiak, primbon, perdukunan dan sejenisnya itu. Bisa dosa lho. Eh, yang pasti emang itu nggak ada gunanya, kok. Oke? [solihin: osolihin@gaulislam.com]

Tidak ada komentar: