Sabtu, 30 Maret 2019

SEHATI 2019





Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pernikahan merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW yang memiliki banyak sekali manfaat. Salah satu tujuan pernikahan sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam surat Ar Rum ayat 21 :
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya iadalah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang (mawaddah warahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda kebesaran-Nya bagi orang-orang yang berfikir"

Selain itu menikah menjadikan seseorang lebih mampu menundukkan pandangan dan lebih menjags kemaluannya. Rasulullah SAW bersabda :
"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum iti dapat membentengi dirinya." (HR Muslim 1400).



Namun, sebelum melaksanakan pernikahan tentu banyak sekali yang harus dipersiapkan. Mulai dari memantaskan dan menjaga diri sebelum hari pernikahan tiba, bagaimana cara memilih pasangan yang tepat untuk bersama-sama mencapai Ridha Allah SWT, bahkan dalam menyelesaikan konflik yang ada di pernikahan semua haruslah dipersiapkan sejak awal.


Oleh karena itu, SEHATI, Sekolah Pra Nikah Kampus Putih yang diselenggarakan oleh Forum Kajian Islam Ibnu Sina FK UMM hadir sebagai Majelis Ilmu yang In shaa Allah mampu menjadi wadah untuk berbagi ilmu khususnya Pernikahan dalam Islam.


Tahun 2019 menjadi tahun kedua diadakannya SEHATI yang dibagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama membahas tentang persiapan pernikahan, sesi kedua membahas tentang proses pernikahan, dan sesi ketiga membahas tentang kehidupan berumah tangga.

Hadir dalam bentuk talkshow yang asyik dan menyenangkan, materi SEHATI yang disampaikan diharapkan dapat lebih mudah dipahami serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun peemateri-pemateri pilihan di Talkshow SEHATI, diantaranya : Ustadz Yosi Al Muzanni, Ustadzah Alifie Niamah Febrians, Ustadzah Ana Fikrotus Zakiya, Ghea Safferina Adany, dr. Kusuma Andirana Sp. OG, Ustadz Akbar Nazary , Ustadzah Diana Arumi, Putri Dhewanty, dan Agam Reynaldi.

"Harapannya SEHATI ditahun depan bisa lebih baik lagi, lebih kece-kece lagi pematerinya, dan juga lebih digencarkan lagi promosinya, Semangat!" pesan Alif Okta selaku Ketua Pelaksana SEHATI 2019.

Sejatinya, setiap perbuatan haruslah didasarkan oleh niat untuk beribadah kepada Allah SWT, khususnya pernikahan yang tidak lain tujuannya adalah untuk menyempurnakan separuh agama.
Wallahu A'lam Bishawab ..

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Sosial media FKI ISMA
Instagram : @fkiisma
Line : @vzq7258z
Twitter : @FKIISMA
Blog : https://www.fkiisma.weebly.com

Selasa, 26 Mei 2015

Iman ( Tauhid )




Iman adalah meyakini dalam hati, melafalkan dengan lisan dan melakukan dengan amal. Dan iman akan naik jika kita taat terhadap apa yang diperintahkan Allah SWT dan akan berkurang jika kita taat kepada syetan. Sebagai contoh kasus Abu Thalib, menurut kaum kafir beliau telah beriman kepada Allah SWT, namun ternyata sampai meninggalpun Abu Thalib belum melafalkan kalimat Syahadat. Dan pada saat itu Rosulullah SAW berdoa kepada Allah agar Abu Tholib dimaafkan oleh Allah SWT, namun Allah tidak mengabulkannya.
Jika terlahir dalam keadaan mukmin, tidak perlu kita mengucap syahadat lagi, yang harus kita lakukan adalah menjaga keimanan kita dari kemusyrikan. Iman bukan hanya konsep kepercayaan, namun ada amalan juga

Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT berarti percaya bahwa Allah yang menciptakan, mengatur dan yang memiliki semua hal yang ada di dunia ini. Yaitu Allah SWT sebagai:
Al-Khalik: yang berarti menciptakanà membentuk fungsi terus menerus , tidak perlu mendapat informasi sebelumnya karena Allah tidak akan menniru
Al Mutadabbir: yaitu Allah mengatur semua yang terjadi di dunia ini
Al Malik: yaitu Allah memiliki alam ini
Iman (tauhid) yaitu meyakini dengan sepenuh hati terkait hak Rububiyah dan sifat uluhiyah, contohnya ketika kita sedang beribadah jangan berpikir hal yang lain/syirik

Urutan penciptaan:
1.       Jin di bumi
2.       Malaikat di langit
3.       Jin melakukan kerusakan, malaikat diturunkan untuk memperbaiki
4.       Pimpinan jin(iblis) dibawa ke langit bersama malaikat. Dia diberi umur sampai hari kiamat
5.       Jin taat waktu dilangit dan beribadah dengan taat
6.       Allah menciptakan nabi Adam as
Kemudian malaikat berkata: Kau menciptakannya, orang yang akan menumpahkan darah dimuka bumi (dulu jin yang merusak)

Allah menciptakan Nabi Adam as dari berbagai tanah liat. Dengan “tangan” Allah. Allah suruh malaikat dan jin bersujud kepada Nabi Adam As, tetapi pada waktu itu jin tidak mau bersujud, lalu dikeluarkanlah jin tersebut dari Surga Allah SWT

Kamis, 23 April 2015

Sikap Berlebih-lebihan




Mengapa pandangan berlebihan sangat berbahaya? Pandangan harus dijaga dan banyak memandang hal yang tidak halal harus dihindari. Hal tersebut disebabkan karena apa yang dilihat oleh mata akan turun dan tertanam di hati dan pada akhirnya akan berakhir di kemaluan. Quran telah memperingatkan kita tentang pentingnya menjaga pandangan, hal tersebut tercantum delam QS. An-Nuur ayat 30, yang berbunyi:



Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."

Sabtu, 18 April 2015

Pola Hidup Rasulullah Terkait dengan Doa Sehari-hari


Setiap orang mempunyai harapan atau keinginan yang ingin dipanjatkan, pada dasarnya jika kita ingin doa kita terkabul, kita harus memahami terlebih dahulu tentang makna do’a, ditujukan kepada siapa, untuk apa, dimana, dan kapan doa tersebut dipanjatkan. Karena tidak semua do’a kita pasti terkabulkan, kadangkala kita mendapatkan apa yang kita butuhkan daripada apa yang kita inginkan. Misalkan saja seorang laki-laki berdoa agar diberi kekayaan yang berlimpah, tetapi pada kenyataannya lelaki tersebut malah diberi keturunan yang amat banyak, tidakkah laki-laki tersebut amat bersyukur? Karena sesungguhnya anak merupakan karunia dari Allah SWT yang bisa membawa rezeki

Doa merupakan password supaya

Jumat, 19 Desember 2014

Adab dalam berbicara


Pada kehidupan sehari-hari, berbicara adalah slalah satu cara yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama. Berbicara bisa mencakup banyak hal seperti beramah tamah, berdiskusi dan bahkan berdebat akan suatu hal. Teringat akan salah satu peribahasa yang mengatakan bahwa ujung lidah lebih tajam bila dibandingkan dengan ujung pedang. Seseorang bisa dengan tanpa sengaja atau malahan bisa juga disengaja untuk mengucapkan kata-kata yang bisa melukai orang lain. Bila kita berkaca pada apa yang terjadi sekarang ini, banyak kasus pembunuhan yang berawal dari rasa tersinggung. Sehingga, marilah kita menjaga lisan kita agar senantiasa mengucapkan kata-kata yang baik atau tetap menjaganya diam. Berikut beberapa hal yang bisa diperhatikan :


Kamis, 13 November 2014

Qailulah dan Bangun Sebelum Fajar




“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran) Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebahagian dari karunia Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengar "[Qs. Ar-rum: 23]

Qailulah
Dalam ayat diatas terdapat dua waktu untuk tidur yang disebutkan, yaitu malam dan siang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidur siang hari juga tidak kalah pentingnya dengan tidur pada malam hari. Ada apa sebenarnya dengan tidur siang hari?
Tidur sejenak di waktu Siang (Qailulah) adalah satu hal yang dilakukan dan dianjaurkan Rasulullah untuk umatnya. Qailulah merupakan bentuk istirahat bagi tubuh yang sangat bermanfaat. Selain menjamin kecukupan istirahat bagi tubuh, tidur sejenak di waktu siang juga dapat membuat tidur lebih nyenyak di waktu malam.

Tidur siang bisa langsung meningkatkan kewaspadaan selepas jam tidur, atau beberapa saat kemudian di hari lain. Tidur siang selama 20-40 menit dapat membantu meningkatkan mood, kewaspadaan dan performansi. Hal ini dibuktikan oleh para peneliti NASA yang menyarankan pilot pesawat militer dan astronotnya tidur siang selama 40 menit. Hasilnya performa awak meningkat jadi 34 persen, sementara kewaspadaan menjadi 100 persen. Tidur siang juga memiliki efek positif pada psikologi, yaitu memberi rasa relaks untuk menyegarkan pikiran. Pada buku “Sleeps and Alertness : Chronological, Behavioral and medical Aspect of Napping ” karangan David F Dinges and Roger J Broughton menyatakan bahwa jika seseorang secara rutin tidur 30 menit pada waktu siang hari maka mempunyai resiko mengidap sakit jantung 30% lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukannya.

Dengan melaksanakan Qailulah, akan memudahkan kita untuk bangun malam, ber-qiamulail, dan bangun sebelum fajar pada keesokan harinya. Namun jika karena aktifitas kita yang padat maka tidak sempat melakukan Qailulah, maka dengan beristirahat saja sudah cukup menurut pendapat beberapa ulama. 

Kebiasaan Tidur Rasulullah SAW
Lalu bagaimana dengan kebiasaan tidur Rasulullah? Rasulullah terbiasa tidur miring ke kanan dengan kedua betis sedikit dilipat, tangan kanannya berada di bawah pipi, serta wajahnya menghadap Ka’bah. Posisi tidur seperti ini seuai dengan posisi janin. Posisi tidur seperti inilah yang biasa dipraktikkan oleh seseorang yang berada dalam kondisi jiwa yang stabil. Anatomi paru- paru kiri yang lebih kecil membuat jantung lebih sedikit menahan beban ketika tidur miring ke kanan. Berbagia percobaan yang telah dilakukan olehh Galteh dan Butseh menunjukkan bawhwa berpindahnya makanan dari lambung ke usus dapat dilakukan dakam waktu 2,5—4,5 jam jika seseorang tidur dengan posisi miring ke kanan. Jangka waktu ini tidak dapat dicapai oleh seseorang yang tidur dengan posisi miring ke kiri karena waktu yang dibutuhkan adalah 5—7 jam.
Terdapat sebuah hadist sahis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, ia mengatakan bahwa pada suatu ketika Rasulullah SAW melihat seseorang tidur dengan posisi telungkup. Beliau bersabda, “Sesungguhnya, ini adalah tidur yang dimurkai oleh Allah dan Rasul-Nya”.
Saat Seseorang tidur telungkup, seperti yang dikatakan oleh dr. Zhafir al-Athar, ia akan merasakan sesak napas selama beberapa saat sebab besarnya beban punggung menghalangi otot dada untuk berkontraks-relaksasi saat mengisap dan mengeluarkan napas. Posisi ini juga mengakibatkan tulang tengkuk dan tulang leher tertekuk. Seorang peneliti dari Australia mengemukakan bahwa intensitas kematian mendadak pada anak mencapai tiga kali lipat lebih banyak saat mereka tidur telungkup dibandingkan tidur dengan posisi miring ke salah satu sisi. Majalah Times juga memuat hasil penelitian yang sama, intesitas kematian mendadak yang dialami oleh anak-anak yang tidur telungkup pun semakin meningkat.


Bangun Sebelum Fajar

Allah SWT berfirman, “…dan (laksanakan pula solat) subuh. Sungguh, solat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)” QS al-Isra’:78.

Al Quran menganjurkan pada setiap muslim untuk tidur lebih awal dan bangun sejak fajar. Di dalam sebuah hadist sahih Rasulullah SAW bersabda, “Umatku ini diberkati ketika bangun pagi-pagi”. (HR. ath-Thabrani dalam al-Ausat). Di dalam riwayat lain beliau bersabda, “Dua rakaat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR. Muslim). Manfaat yang diperoleh seeorang jika membiasakan diri bangun pagi adalah saat pagi kadar gas ozon dalam udara pagi mencapai titik yang paling tinggi. Kadar ini berkurang secara berangsur-angsur hingga hilang sama sekali begitu matahari terbit. Gas ini dapat lebih mengaktifkan kerja otak dan otot tubuh. Karena itu, seseorang akan mencapai puncak keaktifan pikiran di waktu pagi. Saat menghirup udara pagi, seseorang akan merasakan kenikmatan dan kegembiraan yang tidak bisa dibandingkan dengan waktu siang maupun malam.
               
Dalam memotivasi kaum muslimin untuk bangun sebelum fajar dan mengerjakan qiyamullail, Allah SWT berfirman,
“Sungguh, bangun malam itu lebh kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.” (QS Al-Muzammil : 6)

Begitulah salah satu cara Allah mencintai kita. Dia memberikan petunjuk sesuai fitrah manusia. Oleh karena itu, dengan melaksanakan segala perintah Allah dan meneladani gaya hidup Rasulullah, insya Allah, seorang muslim mampu menjadi manusia yang unggul dan bermanfaat bagi sesamanya.

Wallahua’lam bishawab

Senin, 03 November 2014

Menjadi Generasi Muda yang Bermakna



Sebagai seorang muslim utamanya muslim generasi muda, kalimat bercita-cita dan berkarya menjadi begitu bermakna. Setiap orangpun pasti juga mempunyai cita-cita untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, kemudian tekad yang kuat untuk berkarya membangun negeri menjadi lebih baik, dewasa ini generasi muda menjadi sosok yang begitu disoroti terkait peranannya dalam memajukan suatu bangsa dan negara.  Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu,

"Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya". (HR. At-Tirmizi).

 Kemudian hadist kedua Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ 

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu."

Berdasarkan dua buah hadist di atas, masa muda menjadi masa yang begitu penting dan tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam tatanan kehidupan manusia secara umum dan masyarakat kaum muslimin secara khusus, karena jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab Islam maka merekalah yang akan menyebarkan dan mendakwahkan kebaikan Islam serta menjadi nakhoda ummat ini yang akan mengantarkan mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.
Hal ini dikarenakan Allah -Subhanahu wa Ta’ala- telah memberikan kepada mereka kekuatan badan dan kecemerlangan pemikiran untuk dapat melaksanakan semua hal tersebut. Berbeda halnya dengan orang yang sudah tua umurnya walaupun para orang tua ini melampaui mereka dari sisi kedewasaan dan pengalaman, hanya saja faktor kelemahan jasad -kebanyakannya- membuat mereka tidak mampu untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan oleh para pemuda.
Pada zaman Rasullullah SAW para sahabat yang masih muda -radhiallahu ‘anhum- memiliki andil dan peran yang sangat besar dalam menyebarkan agama ini baik dari sisi pengajaran maupun dari sisi berjihad di jalan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Di antara mereka ada Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr ibnul Ash, Muadz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit yang mereka ini telah mengambil dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam- berbagai macam ilmu yang bermanfaat, menghafalkannya, dan menyampaikannya kepada ummat sebagai  warisan dari Nabi mereka.
Di sisi lain ada Khalid ibnul Walid, Al-Mutsanna bin Haritsah, Asy-Syaibany dan selain mereka yang gigih dalam menyebarkan Islam lewat medan pertempuran jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seluruhnya mereka adalah satu ummat yang tegak melaksanakan beban kewajiban mereka kepada agama, ummat, dan masyarakat mereka, yang mana pengaruh atau hasil usaha mereka masih kekal sampai hari ini dan akan terus menerus ada -dengan izin Allah- sepanjang Islam ini masih ada.
Para pemuda di zaman ini adalah para pewaris mereka (para pemuda dari kalangan shahabat) jika mereka mampu untuk memperbaiki diri mereka, mengetahui hak dan kewajiban mereka, serta melaksanakan semua amanah yang diberikan kepada mereka yang berkaitan dengan ummat ini. Dan bagi mereka kabar gembira dari Nabi mereka -Shollallahu alaihi wasallam- tatkala beliau bersabda dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”
            Beranilah bercita-cita setinggi mungkin kemudian bulatkan tekad untuk mewujudkannya. Bercita-citalah untuk kemaslahatan umat dan menjadi pemuda muslim yang kreatif dan inovatif. :)





Selasa, 08 April 2014

PEMILU DI DEPAN MATA, SUDAH MELEK-KAH KITA




Oleh Rizky Dwi Utami dan Tri Novita Wulan Sari
Editor : dr. Yasjudan Rastrama Putra, Rika Haeriyah, S.Ked
Departemen Kajian Kedokteran Islam dan Advokasi Dewan Eksekutif Pusat
Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia.

Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia menjelaskan bahwa memilih merupakan hak warga negara untuk menyalurkan pilihannya dalam pemilu. Namun pada hakikatnya memilih bukan hanya sekadar hak, tetapi bisa menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan oleh warga negara demi terciptanya suatu pemerintahan. Meskipun demikian, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum tahun 2013, masyarakat cenderung untuk tidak menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tahun 2014. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, apakah dengan sikap menyia-nyiakan hak tersebut akan menghasilkan suatu keburukan atau kebaikan?
 Pada tanggal 9 April 2014 mendatang, bangsa Indonesia akan menyelenggarakan pesta rakyat terbesar untuk memilih wakil legislatif disusul dengan pemilihan presiden dan wakil presiden periode 2014-2019. Setiap warga negara Republik Indonesia yang memiliki hak suara (berumur 17 tahun atau sudah/pernah kawin) dapat menggunakan hak suaranya dalam pemilu 2014. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah:

“Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Dalam peraturan perundang-undangan, penyaluran suara melalui pemilihan umum adalah hak warga negara. Negara dalam hal ini tidak memaksa warga negara untuk menyalurkan hak pilihnya. Sampai saat ini Indonesia telah menyelenggarakan 10 kali Pemilu secara reguler, yaitu tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009 (Soebagio, 2008; Aryanto, 2011). Dunia internasional memuji Pemilu tahun 1999 sebagai pemilu pertama di era reformasi dengan tingkat partisipasi politik 92,7%. Namun, jika dilihat dari aspek partisipasi politik dalam pemilu di Indonesia, Pemilu tahun 1999 merupakan awal dari penurunan tingkat partisipasi politik pemilih atau mulai meningkatnya golongan putih (golput). Golongan putih adalah pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan berbagai faktor dan alasan. Golput dipandang sebagai sikap politik rakyat yang tidak percaya lagi kepada pemerintah (Haris, 2004). Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum tahun 2013, tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu menurun hingga 20% dalam kurun waktu 10 tahun (1999-2009). Jika penurunan terjadi secara linier, diperkirakan partisipasi masyarakat hanya mencapai sekitar 60% pada 2014 dan kurang dari 50% pada 2019 (Tulung, 2013). Beragam alasan dikemukakan untuk memilih menjadi Golput mulai dari sibuk, tidak ada calon yang dikenal, menganggap semua partai sama saja, sampai menganggap janji-janji yang disampaikan saat kampanye hanya sekedar janji tanpa realisasi. Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, sebagai seorang muslim bagaimana kita menyikapi pemilu ini?